Tokoh Tani : Kami Merasa Di Marjinalkan

BEKASI, MCNN. Com – Menanggapi banyaknya keluhan para petani di kabupaten Bekasi perihal kurangnya perhatian pemerintah dalam hal perawatan irigasi baik irigasi sekunder maupun irigasi tersier, tokoh tani asal Pebayuran angkat bicara.

Sardi, S.Sos, secara gamblang menyatakan kekecewaanya terhadap pemerintah terutama dinas terkait yang dianggap kurang serius menyelesaikan permasalahan yang timbul dikalangan para petani.

Sardi menyampaikan bahwa selama ini petani adalah tulang punggung sebuah negara, petani tidak manja dibandingkan dengan profesi lain mereka ( petani ) tidak ingin naik gaji, tidak ingin mendapatkan tunjangan petani hanya menginginkan adanya bimbingan serta sarana prasarana pertanian yang layak dan mendapatkan perawatan dari pemerintah.

” Tidak pernah ada petani mengeluh ketika masa Covid 19 mereka tetap bergelut dengan lumpur, tidak memgharapkan tunjangan apapun, mereka bisa berdiri sendiri dan bermental kuat untuk terus bertani, ” katanya ( 31/05/2021).

Sardi, S.Sos tokoh tani kabupaten Bekasi yang getol memperjuangkan nasib petani di wilayahnya

Beliau pun menambahkan bahwa selama ini pemerintah dan dinas terkait kurang memperhatikan keluhan petani khususnya di kabupaten Bekasi.

” Hampir 48 ribu hektar area persawahan di kabupaten Bekasi, itu artinya hampir separuh masyarakatnya bekerja sebagai petani, seharusnya pemerintah lebih concern terjadap nasib petani,” sambungnya.

” Perbaikan saluran air seharusnya menjadi prioritas, kita bisa lihat sendiri baik Irigasi sekunder maupun irgasi tersier semuanya nyaris tanpa perawatan, proses perbaikan berupa betonisasi bantaran sungai tidak dikerjakan dengan serius sehingga hanya menjadi sarang tikus saja, ” keluhnya.

Kekecewaan tokoh tani asal Pebayuran tersebut bukan tanpa alasan; hasil dari liputan tim MCNN.com, hampir sepanjang aliran irigasi sekunder di penuhi oleh gulma dan longsoran tanah.

Gulma dan tanah tersebut mengakibatkan endapan lumpur, sehingga akan mengurangi quantitas debit air yang mengalir dari hulu ke hilir.

Belum lagi longsoran tanah yang menutupi saluran irigasi justru dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

Bukan itu saja perbaikan irigasi tersier yang di duga menggunakan anggaran yang cukup besar dikerjakan asal – asalan sehingga akibatnya merugikan para petani.

Padahal sebelumnya Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, berkomitmen mempertahankan 48.000 hektare lahan pertanian pangan berkelanjutan di wilayahnya.

Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja di Cikarang, mengatakan dengan mempertahankan lahan pertanian secara otomatis akan mampu menjaga ketahanan pangan.

“Terlebih di masa pandemi COVID-19 saat ini, kita pastikan ketahanan pangan terjaga dengan baik serta mampu mencukupi kebutuhan warga,” katanya. seperti dikutip Antara. * ( Apen ).

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.