Tak Perlu Khawatir, RDF Plant Rorotan Dilengkapi Sistem Pengendalian Emisi Modern

JAKARTA, Cybernewsnasional.com – Ahli Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Haryo S. Tomo, memastikan Refuse-Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan, Jakarta Utara, menggunakan teknologi pengendalian emisi berstandar tinggi yang aman bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat. Dalam operasionalnya, fasilitas ini bahkan didampingi langsung oleh sejumlah pakar ITB.

“RDF Plant Rorotan telah dilengkapi Air Pollution Control Devices (APCD) dengan konfigurasi menyeluruh untuk mereduksi polutan secara optimal,” kata Haryo di Jakarta, Senin (22/9).

Menurutnya, setiap unit pengendali dipasang berdasarkan kajian karakteristik emisi yang cermat, sehingga hasil akhir dipastikan tetap memenuhi baku mutu sesuai ketentuan. “Alat pengendalian pencemaran udara di RDF Plant Rorotan mengombinasikan unit-unit untuk menyisihkan partikulat, sulfur dioksida (SO₂), oksida nitrogen (NOx), dan parameter lainnya. Standar baku mutu yang ditargetkan mengacu pada Permen LHK Nomor 70 Tahun 2016,” paparnya.

Haryo menjelaskan, proses pengeringan sampah menjadi RDF dilakukan dengan membakar sebagian produk pada suhu 800–1.000 °C. Gas panas hasil pembakaran kemudian dialirkan secara berlapis melalui Cyclone, Baghouse Filter, Wet Scrubber tahap 1 dan 2, Wet Electrostatic Precipitator (Wet ESP), hingga filter karbon aktif sebelum dilepas melalui cerobong.

“Teknologi ini sudah teruji di berbagai sektor industri. Pada industri smelting, misalnya, efisiensi Wet ESP bisa mencapai lebih dari 98 persen,” jelasnya.

Sistem berlapis tersebut, lanjut Haryo, membuat emisi terkendali. Cyclone, Baghouse Filter, dan Wet ESP mampu menangkap partikulat kasar hingga halus berukuran mikron. Wet Scrubber tahap 1 dan 2 berfungsi mereduksi gas polutan masam dengan natrium hidroksida. Sementara filter karbon aktif menyerap senyawa organik termasuk gas penyebab bau, sehingga kualitas udara tetap terjaga.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menegaskan keterlibatan pakar ITB menjadi bukti RDF Plant Rorotan dibangun serius dengan landasan akademis dan teknis. “Sejak awal, pembangunan fasilitas ini mempertimbangkan aspek lingkungan dan kesehatan masyarakat. Meski sempat ada kendala pada uji coba pertama, kami terus berbenah dan melakukan evaluasi besar-besaran,” ujarnya.

Asep menambahkan, DLH DKI juga memperkuat pengendalian emisi kebauan dengan menambah tiga unit Deodorizer sehingga kini total ada empat yang beroperasi. “Deodorizer ini dilengkapi blower, Advanced Oxidation Process (AOP) dengan ozonisasi dan sinar ultraviolet, reaktor scrubber, hingga filter karbon aktif untuk menetralkan gas penyebab bau,” jelasnya.

Menurut Asep, langkah itu mencerminkan keseriusan pemerintah dalam mereduksi potensi dampak negatif yang dikhawatirkan warga. Dengan kombinasi deodorizer, teknologi penyaring gas, serta pendampingan ahli, RDF Plant dipastikan aman tanpa mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.

“Kami ingin masyarakat tidak khawatir. Semua proses perbaikan dilakukan komprehensif dengan dukungan para ahli terbaik. RDF Plant Rorotan hadir untuk menjadi solusi pengelolaan sampah berkelanjutan, bukan menambah masalah baru,” tegasnya.

( Sunarno )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.