UpacarCIAMIS, Cybernewsnasional.com – Masyarakat Panjalu kembali melaksanakan upacara adat Nyangku, sebuah tradisi warisan leluhur yang diakui sebagai budaya adiluhung tingkat nasional. Upacara sakral ini digelar pada Kamis, 18 September 2025 di Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Nyangku merupakan prosesi penyucian benda-benda pusaka peninggalan Prabu Sanghyang Borosngora Panjalu, raja yang dikenal sebagai tokoh penting dalam proses Islamisasi Kerajaan Panjalu. Kerajaan yang berdiri sejak abad ke-7 Masehi ini awalnya bercorak Hindu, namun bertransformasi ke Islam setelah Prabu Borosngora memeluk agama Islam usai menimba ilmu di Tanah Suci Mekah.
Benda pusaka yang disucikan dalam tradisi Nyangku antara lain Pedang Zulfikar yang diyakini pemberian Sayidina Ali bin Abi Thalib kepada Prabu Borosngora, Kujang Panjalu, serta Keris Stok Komando. Prosesi dimulai dengan pengambilan air Kahuripan dari sumber mata air Gunung Sawal, Gunung Guntung, dan Situ Lengkong. Air ini digunakan untuk mencuci pusaka yang disimpan di Museum Bumi Alit, diiringi doa-doa para sesepuh adat dan tokoh agama.
Puncak acara ditandai dengan kirab pusaka menuju Alun-Alun Panjalu, diiringi bendera, musik tradisional, serta sesaji yang dibawa masyarakat. Seusai penyucian, benda pusaka dikembalikan ke Museum Bumi Alit.
Ketua Yayasan Borosngora dalam sambutannya menegaskan makna spiritual dari tradisi ini. “Kita bukan Migusti terhadap pusaka, melainkan Mupusti. Tujuan utama Nyangku adalah mensucikan hati dari penyakit hati, agar tradisi ini tidak tergerus oleh budaya modern,” ungkapnya.
Selain sebagai bentuk pelestarian budaya dan identitas masyarakat Panjalu, Nyangku juga menjadi wadah mempererat hubungan sosial antarwarga. Tradisi ini telah berkembang menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya, sekaligus memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat.
Melalui Nyangku, masyarakat Panjalu tidak hanya merawat warisan leluhur, tetapi juga menjaga nilai kebersamaan, spiritualitas, dan identitas budaya yang diwariskan turun-temurun.
***(R. Gumilar)***

