JAKARTA UTARA, Cybernewsnasional.com – Ditemui di rumahnya yang sederhana, Nirmala ada sedikit kekhawatiran saat dihubungi oleh BPJS Kesehatan Jakarta Utara. Ia mengira ada masalah dari status kepesertaan JKN nya. Karena menurutnya hidup ia dan suami sangat bergantung kepada JKN. Bagaimana tidak, setiap bulan ia harus kontrol ke dokter dan harus mengonsumsi obat setiap hari untuk memelihara kesehatan jantungnya.
“Saya dan suami itu mempunyai ketergantungan dengan JKN, pasalnya kami berdua adalah pasien dengan penyakit jantung yang harus mengonsumsi obat jantung setiap hari. Dahulu saya sudah berobat, tapi pernah berhenti setelah beberapa kali kontrol ke dokter dan tidak dilanjutkan. Tapi semakin lama semakin sesak rasanya karena menurut dokter, klep jantung saya longgar karena tidak tertutup rapat,” ujar Nirmala yang semenjak pandemi diberhentikan dari pekerjaannya.
Ia menyadari bahwa JKN telah menolong nyawa suaminya, yang kini menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Dikarenakan anaknya yang juga membantu
perekonomian keluarga telah meninggal dunia tahun lalu. Sehingga pembiayaan
kehidupan sehari-hari bersumber dari suami yang membuka tambal ban.
“Ketika suatu malam di bulan lalu kemarin suami saya mengeluhkan dadanya sakit dan minta tolong dibalurkan balsam dan minta dikerok karena biasanya rasa sakit
akan hilang. Tapi ketika itu badannya keluar keringat dingin dan terlihat semua urat
muka dan mulut itu seperti terkunci dan tiba-tiba terjatuh. Saat itu saya sangat takut
salah ambil tindakan, yang saya ketahui ini suami saya sedang terkena serangan jantung. Jadi saya dan anak kedua saya memberikan obat jantung karena sudah
panik, seketika nafasnya ada lagi, langsung kami bawa ke rumah sakit,” ujar Nirmala.
Nirmala menceritakan setelah ditangani oleh dokter di Instalasi Gawat Darurat (IGD),
bahwa penyakit suaminya merupakan serangan jantung akut. Dan disarankan untuk
tindakan pemasangan ring, dan Nirmala mengikuti saran dokter dan dilakukan tindakan saat itu juga. Ketika itu Nirmala sudah tidak memikirkan masalah biaya,
baginya yang terpenting adalah nyawa suaminya tertolong. Nirmala sangat bersyukur ternyata tidak ada biaya yang dibayarkan karena semua dijamin pembiayaannya oleh Program JKN.
“Setelah tindakan pasang ring tersebut, suami saya juga diharuskan rutin minum obat.
Saya sangat bersyukur sekali tidak harus membayar apapun, karena kalau harus bayar sendiri, jujur saya tidak memiliki apa-apa. Pendapatan yang suami saya
dapatkan juga hanya cukup untuk makan dan hidup sehari-hari. Ia hanya tukang tambal ban biasa saja, tidak punya uang yang banyak. Yang saya ketahui, kalau
berobat rutin jantung itu pasti mahal, saya juga sampaikan sewaktu di rumah sakit bahwa dengan ada Program JKN tertolong semua nyawa kami,” ujar Nirmala.
Nirmala mengatakan selama ini suaminya tidak pernah menggunakan JKN nya,
jangankan untuk operasi, untuk berobat ringan saja tidak pernah. Nirmala juga berkata bahwa jika saja saat kemarin suaminya terkena serangan jantung tidak bertindak cepat mungkin bisa sampai meninggal. Nirmala membagikan pengalamannya pelayanan sewaktu di rumah sakit.
“Suami saya dilayani dengan sangat baik dan bagus, saya tidak merasa ada perbedaan pelayanan antara peserta JKN dengan pasien biasa. Saya sangat berharap untuk JKN ini, ada terus sampai nanti. Bukan bermaksud ingin jadi benalu
untuk pemerintah, tetapi program ini menolong sekali untuk orang susah seperti saya. Mungkin untuk orang yang pendapatannya seperti saya yang terpenting adalah isi perut dulu baru berobat. Tapi dengan adanya iuran kesehatan yang ditanggung oleh pemerintah, kita tidak perlu memikirkan biaya kesehatan,” kata Nirmala.
Didampingi anak keduanya, Nirmala hanya berpesan bahwa yang terpenting mau
sabar dengan antreannya dan harus sesuai prosedur. Nirmala mengatakan Bahwa Ia
tidak mengetahui harus mencari uang secara mendadak.
***(Sunarno)***