LSM GNRI Banten Sikapi Keluhan Masyarakat Terkait Pengerjaan Drainase Memutus Akses Jalan di Pasar Anyar dan Stasiun Tangerang 

Akses jalan Utama menuju ke pasar anyar dan stasiun dari jalan KH Soleh Ali tidak bisa dilintasi. (Foto Supriyadi Ups).

KOTA TANGERANG, Cybernewsnasional.com — Keluhan masyarakat terhadap pengerjaan drainase dari Jalan A. Dimyati hingga Tanjakan perlintasan Kereta di jalan Soleh Ali disikapi Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Nawacita Rakyat Indonesia (LSM GNRI).

Pasalnya jalan utama yang menghubungkan Kelurahan Sukasari dengan Pasar Anyar dan Stasiun Tangerang banyak dikeluhkan pedagang, puluhan pedagang merugi akibat akses jalan tersebut terputus dampak pengerjaan proyek tersebut.

Menurut Sekretaris Wilayah LSM GNRI, Ajis Pramuji adanya pembangunan drainase yang dikerjakan oleh CV Dirgantara, dibiayai dari APBD sebesar Rp 657.439,23 selama 120 hari Kalender tidak memikirkan dampak lingkungan dan lalu lintas.

“Jangan Buat keputusan kepada CV yang tak punya analisa dan solusi selama pengerjaan proyek,” ujarnya.

Ajis Pramuji usai memantau lokasi pengerjaan drainase yang memutus akses jalan menuju pasar anyar dan stasiun Tangerang.

Ajis memaparkan, masyarakat sebagai pemberi pajak dan yang memanfaatkan jalan tersebut dilindungi UU Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999, pasal 4 yang berbunyi, konsumen atau pembeli properti memiliki hak antara lain kenyamanan, keamanan, dan keselamatan.

“Orang ke pasar mau lewat mana, orang dari arah Soleh Ali banyak yang mau lewat bingung, jangan seenaknya saja,” ucap Ajis Pramuji, Selasa (05/10/2021).

Seperti yang diberitakan sebelumnya, pengerjaan galian yang memutus akses jalan utama tersebut, pada malam sebelumnya. Namun tidak memikirkan dampaknya kepada para PKL di sekitar pasar Anyar.

Baca Juga :Pedagang Rugi Jutaan Akibat Pengerjaan Drainase GOR A.Dimyati – Tanjakan Pasar Anyar

“Pelaksana proyek seharusnya bekerja dengan perhitungan dampak lingkungan, gali langsung pasang Udith atau beri jembatan agar masyarakat dapat melintas,” ucap Ajis.

Dirinya miris melihat nasib pedagang Kaki Lima, sperti pedagang sayur yang mengeluh baru mendapatkan uang makan dari hasil total belanja sayur jutaan rupiah.

“Biasanya udah dapet 300-500 ribu setengah hari, tapi ini baru dapet 50 puluh ribu, lumayan buat makan, layu kejemur dah resiko tukang sayur,” ucap Ajis menirukan keluhan pedagang.

“Proyek ini harus dipantau sampai tuntas sebab dari awal sudah membuat masyarakat gerah dan banyak mengeluh,” tutupnya.

(Ups)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.