KOTA TANGERANG, Cybernewsnasional.com — Antrian panjang armada truk pengangkut sampah kerap ditemui mengantri panjang di depan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Rawa Kucing milik pemerintah daerah Kota Tangerang hampir setiap harinya.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang menyebut kapasitas tempat pembuangan akhir (TPA) Rawa Kucing sudah hampir penuh. Mereka menyatakan TPA Rawa Kucing saat ini tersisa 20 % dari kapasitas lahan seluas 35,8 Hektar.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang, Tihar Sopian, Ia mengatakan pihaknya setiap hari melayani pengangkutan sampah ke TPA sebanyak 1.600 ton sampah.
“Mungkin sejauh ini sudah 80-an persen (terisi), mungkin bisa lihat dil lokasi kondisi sekarang sama demikian,” Kata Tihar, saat ditemui awak Media di pusat pemerintahan Kota Tangerang. Senin (22/05/2023.
Ia pun meminta dukungan masyarakat Kota Tangerang untuk memilah sampah. Pemilihan sampah tersebut dimulai dari rumah. Baik organik maupun non organik terlebih dahulu dipilah, sehingga semuanya tidak masuk ke TPA tersebut.
“Makanya kita butuh dukungan dari masyarakat, pola tidak lagi kumpul angkut buang, tapi dengan cara memilah dari sumber dari rumah. Dari rumah dikurangi dengan cara memilah sumber organik, non organik. Hanya residu yang dibuang,” katanya.
“Harusnya 1.600 ton per hari dipilah masyarakat bisa 500 ton atau 200 ton yang masuk ke TPA, itu pemilah dari sumber industri maupun tempat tinggal,” tambahnya.
Kendati demikian, ribuan ton sampah yang masuk tiap hari ke TPA tersebut yang diangkut oleh lebih dari 100 armada truk pengangkut sampah, diambil dari berbagai daerah di 13 Kecamatan yang ada di Kota Tangerang, Truk-truk tersebut kerap mengular sampai ke jalan raya akibat antrean bongkaran sampah.
Baca Juga: Antrian Truk Sampah TPA Rawa Kucing Mengular Hingga ke Jalan Raya
Akibatnya, banyak Warga yang melintasi jalan tersebut mengeluhkan panjang antrean yang mengular, karena kerap menimbulkan kemacetan di jalan Iskandar Muda, kecamatan Neglasari Kota Tangerang.
“Mungkin karena jam buang berbarengan ya, kan gini mereka (truk) itu keluar jam 5 subuh kemudian meraka ke lokasi masing-masing, diprediksi jam 9-10 itu buangan rite pertama, nah itu kita anggap jam sibuk. Kemudian jam pulang, jam sibuk mereka itu jam berbarengan, ketika itu berbarangan banyak armada 100 lebih, numpuk ada 10 itu karena berbarengan. Dilokasi buang TPA juga ngantre,” papar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang.

Tersisa 20%, Aktivis Lingkungan Hidup Soroti Penanganan Sampah di Kota Tangerang
Dari keadaan tersebut, aktivis lingkungan hidup yang bergerak di bidang pengelolaan sampah, Pahrul Roji, founder dari Yayasan Saba Alam Indonesia Hijau (SAIH) mengatakan TPA Rawa Kucing yang ada di Kota Tangerang nasibnya hampir sama dengan TPA di Kota-kota lain di Indonesia.
TPA hanya menjadi tempat pembuangan sampah akhir, bukan menjadi tempat pengelolaan Akhir.
“Mereka hanya angkut dan buang, menjadi tempat pembuangan akhir, bukan tempat pengelolaan akhir,” ucap Pahrul Roji, Senin (22/05/2023).
Pahrul menjelaskan, secara aturan peta perjalanan sampah dari rumah tangga disortir atau nanti dibawa tempat pengelolaan sampah yang selanjutnya dipilah sebelum masuk ke TPA Rawa Kucing.
“Yang dibawa ke TPA Rawa Kucing itu hanya residu, 30 persen dari pengelolaan, tapi pada kaidahnya hari ini sampah blek-blekan tanpa penyortiran tanpa ada pemilahan langsung dibawa ke TPA,” jelas Arul, sapaan akrab Founder SAIH ini.
Dan menurut Arul, saat ini pemerintah perlu membangun fasilitas-fasilitas pengelolaan sampah yang optimal, yang mampu mengurangi debit sampah ke TPA tanpa harus menunggu realisasi program PLTSa.
“Hari ini apakah sudah ada yang jalan program PLTSa, PLTSa kan tidak ada yang berjalan, Benowo misalkan, TPST di Surabaya hari ini ditegur kok sama DPR karena terjadi penumpukan, yang harusnya dibawa ke Benowo sampai hari ini tidak diangkut,” ungkap Pahrul Roji.
Karena program PLTSa tersebut, menurut Arul menjadi salahsatu penyebab tidak segera dibenahinya TPA Rawa Kucing.
“Karena menurut analisa Kita ini masih bergantung dengan program PLTSa yang dicanangkan di Kota Tangerang, bergantung nih akhirnya anggaran tidak dikeluarkan secara maksimal untuk pembelian alat baru dan sebagainya,” ujarnya.
“Yang hari ini terjadikan menurut informasi di lapangan alat beratnya tidak mumpuni untuk meratakan sampah di TPA, satu dua hari kan sudah rusak,” sambungnya.

Dari keadaan saat ini, menurut Arul sebaiknya bersama mencari solusi guna menangani masalah pengelolaan sampah yang cepat dan tepat, sambil menunggu program PLTSa jangan sampai menjadi stigma buruk di masyarakat pemerintah Kita tidak bisa mengelola sampah dengan baik.
“Tidak sedikit penggiat bank sampah dan pengelola sampah, hayu bersama-sama bareng-bareng gimana kurangnya, itu yang harus dievaluasi,” pungkas Arul. (Ups)